quetion..


Rabu, 10 November 2010

car modification

Peugeot Bikin Mobil Saingan Bugatti Veyron
Konsep kendaraan yang futuristik dihasilkan desainer Polandia, Piotr Czyzewski.
Selasa, 2 November 2010, 13:37 WIB
Hadi Suprapto
Peugeot Shine (Peugeot)
BERITA TERKAIT

* 2011, Pabrik Perakitan Peugeot Aktif Lagi
* Kopling Peugeot 406 Bisa Lebih Enteng
* Mobil 7-Seater Terfavorit
* Inggris, Jajahan Baru Peugeot 107

VIVAnews - Kini mobil sport super mahal tidak hanya dikuasai Ferrari, Lamborghini, dan Bugatti. Setelah perusahaan otomotif baru asal Brasil, Rossin-Bertin, siap meluncurkan produk supercar pertamanya, Vorax, kini giliran Peugeot.

Pabrikan mobil Perancis ini baru saja memperkenalkan mobil konsep supercar Peugeot Shine yang siap bersaing di mobil-mobil sport super mahal.

Konsep kendaraan yang futuristik dihasilkan oleh desainer Polandia, Piotr Czyzewski, yang bekerja pada sebuah perusahaan pembuatan kapal pesiar. Selain mendesain kapal, ia juga merancang sepatu dan jam tangan yang terkenal.

Tidak seperti supercar yang lain, Peugeot mengusung konsep mobil sport empat penumpang, dan dilengkapi empat pintu yang semuanya dibuka ke atas. Interiornya pun sangat mewah.

Rancangan mobil yang rendah dan bentuk irisan badan kendaraan mengingatkan pada Bugatti Veyron, mobil tercepat dan termahal di dunia. Desain mobil bagian depan sangat agresif dengan hidung menyerupai paruh elang dan lampu LED segitiga senada dengan lengkungan roda.

Konsep belakang, Peugeot menerapkan model jendela belakang yang sangat panjang dan diikuti spoiler sudut. Sebuah knalpot tunggal diletakkan tengah bumper. Roda krom yang gelap memberikan kesan maskulin.

Kabarnya, Peugeot bakal memasang mesin GT pada mobil ini. Agar mengenal lebih jelas, foto-foto bisa dilihat di bawah artikel ini. (Autoevolution)



Peugeot ShinePeugeot ShinePeugeot ShinePeugeot ShinePeugeot ShinePeugeot Shine

Selasa, 09 November 2010

tata cara sholat

Pengertian Dan Tata Cara Sholat Yang Benar; Makalah Kajian Sholat
April 16, 2009 · Posted in Agama, Informasi

Pengertian Dan Tata Cara Sholat Yang Benar; Dua Dimensi Shalat
Oleh: DR. Amir Faishol Fath

Shalat adalah ibadah yang terpenting dan utama dalam Islam. Dalam deretan rukun Islam Rasulullah saw. menyebutnya sebagai yang kedua setelah mengucapkan dua kalimah syahadat (syahadatain). Rasullah bersabda, “Islam dibangun atas lima pilar: bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, membayar zakat, berhajji ke ka’bah baitullah dan puasa di bulan Ramadlan.” (HR. Bukhari, No.8 dan HR. Muslim No.16).

Ketika ditanya Malaikat Jibril mengenai Islam, Rasullah saw. lagi-lagi menyebut shalat pada deretan yang kedua setelah syahadatain (HR. Muslim, No.8). Orang yang mengingkari salah satu dari rukun Islam, otomatis menjadi murtad (keluar dari Islam). Abu Bakar Ash Shidiq ra. ketika menjabat sebagai khalifah setelah Rasullah saw. wafat, pernah dihebohkan oleh sekelompok orang yang menolak zakat. Bagi Abu Bakar mereka telah murtad, maka wajib diperangi. Para sahabat bergerak memerangi mereka. Peristiwa itu terkenal dengan harbul murtaddin. Ini baru manolak zakat, apalagi menolak shalat.

Ketika menyebutkan ciri-ciri orang yang bertakwa pada awal surah Al-Baqarah, Allah menerangkan bahwa menegakkan ibadah shalat adalah ciri kedua setelah beriman kepada yang ghaib (Al-Baqarah: 3). Dari proses bagaimana ibadah shalat ini disyariatkan –lewat kejadian yang sangat agung dan kita kenal dengan peristiwa Isra’ Mi’raj– Rasulullah saw. tidak menerima melalui perantara Malaikat Jibril, melainkan Allah swt. langsung mengajarkannya. Dari sini tampak dengan jelas keagungan ibadah shalat. Bahwa shalat bukan masalah ijtihadi (baca: hasil kerangan otak manusia yang bisa ditambah dan diklurangi) melainkan masalah ta’abbudi (baca: harus diterima apa adanya dengan penuh keta’atan). Sekecil apapun yang akan kita lakukan dalam shalat harus sesuai dengan apa yang diajarkan Allah langsung kepada Rasul-Nya, dan yang diajarkan Rasulullah saw. kepada kita.

Bila dalam ibadah haji Rasulullah saw. bersabda, “Ambillah dariku cara melaksanakan manasik hajimu”, maka dalam shalat Rasullah bersabda, “shalatlah sebagaiman kamu melihat aku shalat”. Untuk menjelaskan bagaimana cara Rasullah saw. melaksanakan shalat, paling tidak ada dua dimensi yang bisa diuraikan dalam pembahasan ini: dimensi ritual dan dimensi spiritual.

Dimensi Ritual Shalat

Dimensi ritual shalat adalah tata cara pelaksanaannya, termasuk di dalamnya berapa rakaat dan kapan waktu masing-masing shalat (shubuh, zhuhur, ashar, maghrib, isya’) yang harus ditegakkan. Dalam hal ini tidak ada seorang pun dari sahabat Rasulullah saw., apa lagi ulama, yang mencoba-coba berusaha merevisi atau menginovasi. Umpamnya yang empat rakaat dikurangi menjadi tiga, yang tiga ditambah menjadi lima, yang dua ditambah menjadi empat dan lain sebagainya.

Dalam segi waktu pun tidak ada seorang ulama yang berani menggeser. Katakanlah waktu shalat Zhuhur digeser ke waktu dhuha, waktu shalat Maghrib digeser ke Ashar dan sebagainya (perhatikan: An-Nisa’: 103). Artinya shalat seorang tidak dianggap sah bila dilakukan sebelum waktunya atau kurang dari jumlah rakakat yang telah ditentukan. Dalam konteks ini tentu tidak bisa beralasan dengan shalat qashar (memendekkan jumlah rakaat) atau jama’ taqdim dan ta’khir (menggabung dua shalat seperti dzhuhur dengan ashar: diawalkan atau diakhirkan) karena masing-masing dari cara ini ada nashnya (baca: tuntunan dari Alquran dan sunnah Rasullah saw.; An-Nisa’: 101), dan itupun tidak setiap saat, melainkan hanya pada waktu-waktu tertentu sesuai dengan kondisi yang tercantum dalam nash.

Apa yang dibaca dalam shalat juga tercakup dalam tata cara ini dan harus mengikuti tuntunan Rasulullah. Jadi tidak bisa membaca apa saja seenaknya. Bila Rasullah memerintahkan agar kita harus shalat seperti beliau shalat, maka tidak ada alasan lagi bagi kita untuk menambah-nambah. Termasuk dalam hal menambah adalah membaca terjemahan secara terang-terangan dalam setiap bacaan yang dibaca dalam shalat. Karena sepanjang pengetahuan penulis tidak ada nash yang memerintahkan untuk juga membaca terjemahan bacaan dalam shalat, melainkan hanya perintah bahwa kita harus mengikuti Rasullah secara ta’abbudi dalam melakukan shalat ini.

Mungkin seorang mengatakan, benar kita harus mengikuti Rasullah, tapi bagaimana kalau kita tidak mengerti apa makna bacaan yang kita baca dalam shalat? Bukankah itu justru akan mengurangi nilai ibadah shalat itu sendiri? Dan kita hadir dalam shalat menjadi seperti burung beo, mengucapkan sesuatu tetapi tidak paham apa yang kita ucapkan?

Untuk mengerti bacaan dalam shalat, caranya tidak mesti dengan membaca terjemahannya ketika shalat, melainkan Anda bisa melakukannya di luar shalat. Sebab, tindakan membaca terjemahan dalam shalat seperti tindakan seorang pelajar yang menyontek jawaban dalam ruang ujian. Bila menyontek, jawaban merusak ujian pelajar. Membaca terjemahan dalam shalat juga merusak shalat. Bila si pelajar beralasan bahwa ia tidak bisa menjawab kalau tidak nyontek, kita menjawab Anda salah mengapa tidak belajar sebelum masuk ke ruang ujian. Demikian juga bila seorang beralasan bahwa ia tidak mengerti kalau tidak membaca terjemahan dalam shalat, kita jawab, Anda salah mengapa Anda tidak belajar memahami bacaan tersebut di luar shalat. Mengapa Anda harus dengan mengorbankan shalat, demi memahami bacaan yang Anda baca dalam shalat? Wong itu bisa Anda lakukan di luar shalat.

Pentingnya mengikuti cara Rasullah bershalat, ternyata bukan hanya bisa dipahami dari hadits tersebut di atas, melainkan dalam teks-teks Alquran sangat nampak dengan jelas. Dari segi bahasa dan gaya ungkap Alquran selalu menggunakan “aqiimush shalaata” (tegakkankanlah shalat) atau “yuqiimunash sahalat” (menegakkan shalat). Menariknya, ungkapan seperti ini juga digunakan Rasullah saw. Pada hadits mengenai pertemuannya dengan Malaikat Jibril, Rasullah bersabda: “watuqiimush shalata“ (HR. Muslim No.8) dan pada hadits mengenai pilar-pilar Islam bersabda: “waiqaamish shalati “. (HR. Bukahri No.8 dan HR. Muslim No.16)

Apa makna dari aqiimu atau yuqiimu di sini? Mengapa kok tidak langsung mengatakan shallu (bershalatlah) atau yushalluuna (mereka bershalat)? Para ahli tafsir bersepakat bahwa dalam kata aqiimu atau yuqiimuuna mengandung makna penegasan bahwa shalat itu harus ditegakkan secara sempurna: baik secara ritual dengan memenuhi syarat dan rukunnya, tanpa sedikitpun mengurangi atau menambah, maupun secara spiritual dengan melakukannya secara khusyuk seperti Rasulullah saw. melakukannya dengan penuh kekhusyukan. Masalah khusyu’ adalah pembahasan dimensi spiritual shalat yang akan kita bicarakan setelah ini.

Dimensi Spiritual Shalat

Mengikuti cara Rasulullah saw. shalat tidak cukup hanya dengan menyempurkan dimensi ritulanya saja, melainkan harus juga diikuti dengan menyempurnakan dimensi spritualnya. Ibarat jasad dengan ruh, memang seorang bisa hidup bila hanya memenuhi kebutuhan jasadnya, namun sungguh tidak sempurna bila ruhnya dibiarkan meronta-meronta tanpa dipenuhi kebutuhannya. Demikian juga shalat, memang secara fikih shalat Anda sah bila memenuhi syarat dan ruku’nya secara ritual, tapi apa makna shalat Anda bila tidak diikuti dengan kekhusyukan. Perihal kekhusyukan ini Alquran telah menjelaskan, “Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat, dan sesungguhnya shalat itu sangat berat kecuali bagi mereka yang khusyu.” (Al-Baqarah: 45)

Imam Ibn Katsir, ketika menafsirkan ayat ini, menyebutkan pendapat para ulama salaf mengenai makna khusyu’ dalam shalat: Mujahid mengatakan, itu suatu gambaran keimanan yang hakiki. Abul Aliyah menyebut, alkhasyi’in adalah orang yang dipenuhi rasa takut kepada Allah. Muqatil bin Hayyanperpendapat, alkhasyi’in itu orang yang penuh tawadhu’. Dhahhaq mengatakan, alkhasyi’en merupakan orang yang benar-benar tunduk penuh ketaatan dan ketakutan kepada Allah. (Ibn Katsir, Tafsirul Qur’anil azhim, Bairut, Darul fikr, 1986, vol. 1, h.133)

Dan pada dasarnya shalat –seperti yang digambarkan Ustadz Sayyid Quthub– adalah hubungan antara hamba dan Tuhannya yang dapat menguatkan hati, membekali keyakinan untuk menghadapi segala kenyataan yang harus dilalui. Rasulullah saw. –kata Sayyid- setiap kali menghadapi persoalan, selalu segara melaksanakan shalat. (Sayyid Quthub, fii zhilalil Qur’an, Bairut, Darusy syuruuq, 1985, vol. 1, h. 69)

Dalam hal ini tentu shalat yang dimaksud bukan sekedar shalat, melainkan shalat yang benar-benar ditegakkan secara sempurna: memenuhi syarat dan rukunnya, lebih dari itu penuh dengan kekhusyukan. Karena hanya shalat yang seperti inilah yang akan benar-benar memberikan ketenangan yang hakiki pada ruhani, dan benar- benar melahirkan sikap moral yang tinggi, seperti yang dinyatakan dalam Alquran: “dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar ”. (Al-Ankabut: 45)

Jelas, bahwa hanya shalat yang khusyu’ yang akan membimbing pelaksananya pada ketenangan dan kemuliaan perilaku. Oleh sebab itu para ulama terdahulu selalu mengajarkan bagimana kita menegakkan shalat dengan penuh kekhusyukan. Imam As-Samarqandi dalam bukunya tanbihul ghafiliin, menulis bab khusus dengan judul: Bab itmamush shalaati wal khusyu’u fiihaa (Bab menyempurkan dan khusyuk dalam shalat). Disebutkan dalam buku ini bahwa orang yang sembahyang banyak, tetapi orang yang menegakkan shalat secara sempurna sedikit. (As Samarqandi, Tanbihul ghafiliin, Bairut, Darul Kitab al’Araby, 2002, h. 293)

Imam As-Samarqandi benar. Kini kita menyaksikan orang-orang shalat di mana-mana. Tetapi, berapa dari mereka yang benar-benar menikmati buah shalatnya, menjaga diri dari perbuatan keji, perzinaan, korupsi dan lain sebagainya yang termasuk dalam kategori munkar.

Antara Ritual dan Spritual

Ketika Rasulullah saw. memerintahkan agar kita mengikuti shalat seperti yang beliau lakukan, itu maksudnya mengikuti secara sempurna: ritual dan spiritual. Ritual artinya menegakkan secara benar syarat dan rukunnya, spiritual artinya melaksanakannya dengan penuh keikhlsan, ketundukan dan kekhusyukan.

Kedua dimiensi itu adalah satu kesatuan tak terpisahkan. Satu dimensi hilang, maka shalat Anda tidak sempurna. Bila Anda hanya mengutamakan yang spiritual saja, dengan mengabaikan yang ritual (seperti tidak mengkuti cara-cara shalat Rasulluah secara benar, menambahkan atau mengurangi, atau meniggalkannya sema sekali) itu tidak sah. Dengan bahasa lain, shalat yang ditambah dengan menerjemahkan setiap bacaannya ke dalam bahasa Indonesia, itu bukan shalat yang dicontohkan Rasullah. Maka, itu tidak disebut shalat, apapun alasan dan tujuannya.

Sebaliknya, bila yang Anda utamakan hanya yang ritual saja dengan mengabaikan yang spiritual, boleh jadi shalat Anda sah secara fikih. Tetapi, tidak akan membawa dampak apa-apa pada diri Anda. Karena yang Anda ambil hanya gerakan shalatnya saja. Sementara ruhani shalat itu Anda campakkan begitu saja. Bahkan bila yang anda abaikan dari dimensi spiritual shalat itu adalah keikhlasan, akibatnya fatal. Shalat Anda menjadi tidak bernilai apa-apa di sisi-Nya. Na’udzubillahi mindzaalika. Wallahu A’lam bish shawab.

Sabtu, 06 November 2010

Tip's Nelpon atau Internetan Murah


Tips nelpon dan internetan murah dengan Kartu Axis
Tip's nelpon atau internetan murah dengan Kartu Telkomsel (Simpati)

Tip's internetan murah dengan Kartu IM3 dan Mentari

Tip's nelpon murah dengan Kartu Flexy

Tip's Komputer


Cara Menggunakan Scanner

Cara memasukkan nilai dengan VLOOKUP pada program Excell
Tips dan Trik Komputer
10 Langkah Menambah Kecepatan Komputer

Coding/Script Membuat Script di Blogdrive.com

Tip's Kamera Digital


TIP'S KAMERA DIGITAL
Tip's Camera Digital Canon 40D

Tip's Mobil (Automotive)

TIP'S OTOMOTIF

Perlu Dibaca !!!



Cantik dan Seksi saja Tidak Cukup
Hati-hati yang berbahaya di lingkungan kita
Kisah Seorang Isteri yang Suaminya Terkena Serangan Jantung
Tempat Meyeramkan di Jakarta
6 Jenis Penyesalan
Percakapan Sebelum dan Sesudah Menikah
Letak Kecantikan Wanita
Jangan Sebut Isterimu Penganggur
Apakah saya menikah dengan orang yang tepat ???
Tak Bersalah (Nice Story)
Anjing aja punya kasih - How about us ?????
Test IQ
Aku Menangis untuk Adikku
You think fat is ugly??? check this out
Pertolongan Pertama pada Penderita Stroke
Kebiasaan yang Membahayakan Perkawinan
Ke kentalan dalam tubuh, mengapa terjadi...????
Karier Mentok? Sudahkah Berinvestasi pada Diri Sendiri?
Tips Atasi Stress
10 Tips Singkat Pola Hidup sehat
10 Hal Penghacur Karier
Sebelum kamu Menceraikan Aku, Gendonglah aku
Jika kamu..... What you say is what you get
Berfikir Positif
Kenali Faktor Penghambat Karier
Tetap Wangi Meski Sibuk Seharian
Lima Kiat Praktis Mengelola Gaji Agar Bisa Kaya (Siapa Bilang Jadi Karyawan Nggak Bisa Kaya?)
Jangan Tunggu Sampai Esok !
Etos Pendongkrak Gairah Kerja
Kegunaan Coca Cola dan Pepsi
Kangkung si Pengusir Racun
Jangan Mengkonsumsi Chicken Wing

List Babysitter, Sanggar, Playgroup

Bahasa Jepang (joke)
Penyebab Kegagalan Orang Pintar

List PlayGroup
List Sanggar
List Babysitter (List Penjaga Anak-anak)

Rabu, 03 November 2010

Medicinal Values of Green Tea (Obat Nilai Teh Hijau)

Green tea is believed to be in use as a medicine for at least 4000 years in china. It is also believed that green tea lowers the cholesterol levels by increasing the good cholesterol and decreasing the bad cholesterol. Green tea is rich in antioxidant called epigallocatechin gallate (EGCG) .It destroys cancer cells and also inhibits the growth of cancer cells. Even though the French people consume diet rich in fat, they are less prone to heart attack than the Americans. Similarly, even though 75 percent of the Japanese are smokers, they are less affected. This is because EGCG is more in green tea used by them. It acts as a protective agent against premature death from heart attack and cancer.

Green tea also destroys bacteria thus preventing tooth decay. Researchers have also found that green tea even helps dieters. The leaves of green tea can also be used for cooking. The leftover leaves can be used as manure for garden plants to grow better. The ingredient present in green tea is polyphenol. It is the most effective antioxidant. It is present in higher amount in green tea than in black tea.

The basic difference between green tea and other teas like oolong and black tea is that while the latter come from the leaves of camellia simens plant, green tea is processed in a different way. Green tea leaves are steamed which prevents the EGCG, a power antioxidant, from being oxidized. In contrast, black and oolong leaves are made from fermented leaves and so EGCG is converted into other compounds, which are effective in preventing and fighting various diseases.

Clinical trials indicate that green tea raises metabolic rates and speeds up fat oxidation. Green tea also raises thermo genesis (the rate at which calories are burnt) and hence increases energy expenditure. Green tea also increases endurance in exercise.

Drinking green tea has a whole lot of benefits like fighting against cancer, stabilizing diabetes, helping in weight loss, slowing the ageing process and helping digestion. Green tea also enhances immunity in our body. About four cups of green tea each day provides 300 to 400 mg of polyphenols, which help in antioxidant activity. These antioxidants help in slowing diseases. A research Institute in Tokyo found that drinking green tea is the best method to prevent cancer at present. All types of cancer like stomach, lungs, breast, liver, colon and rectal can be prevented by green tea.

Green tea prevents cholesterol from being absorbed by the digestive tract. This in effect means that even if the fat is taken, the body does not absorb it. Green tea also helps in preventing unhealthy clotting. Rinsing the mouth with green tea after meals helps in fighting bacteria and thus prevents cavities. One cup of tea with each meal acts as a metabolic stimulant. This helps in weight loss. The caffeine in the tea burns extra calories in the body and fat is digested by polyphenols. A recent study stated that EGCG found in green tea could help to boost one’s immune system thereby helping to prevent HIV.

And to top it all, green tea probably is the only substance in the world with so many medicinal values and without a single side effect!

Teknologi Terbaru Google Mobil Otomatis Tanpa Sopir

Teknologi Terbaru Google Mobil Otomatis Tanpa Sopir. Google baru saja mengumumkan sebuah pengembangan teknologi yang memungkinkan sebuah mobil berjalan otomatis tanpa sopir, bahkan di tengah keramaian kendaraan. Proyek yang dipimpin oleh Dr. Thurn ini telah diujicoba dengan cara mengelilingi kampus Google di Mountain View ke kantor Google di Santa Monica hingga Hollywood Boulevard dan berbagai tempat lain.Secara keseluruhan mobil otomatis tersebut telah dicoba hingga jarak lebih dari 140.000 mil.
Foto Mobil Tanpa Supir dari Google Inc

Foto Mobil Tanpa Supir dari Google Inc

Untuk mengendalikan mobil otomatis tersebut digunakan kamera video, sensor radar, serta penjejak jarak laser untuk mendeteksi lalulintas dan peta detail yang dikumpulkan secara manual lewat kendaraan bersopir untuk menavigasi jalan yang ada di depan dan disimpan di pusat data Google. Teknologi navigasi ini dikembangkan bersama para insinyur terbaik yang diperoleh lewat DARPA Challenges, lomba balapan kendaraan otomatis yang diselenggarakan oleh pemerintah AS.
Stimulasi Teknologi MObil Tanpa Sopir dari Google

Stimulasi Teknologi MObil Tanpa Sopir dari Google

Selama pengujian oleh Google, kendaraan mobil terbaru otomatis ini belum pernah mengalami kecelakaan tabrakan. Untuk menjamin keselamatan, kendaraan tersebut selalu ditumpangi oleh seorang pengendara keamanan terlatih yang bisa bergerak jika dibutuhkan sewaktu-waktu. Selain itu ditempatkan juga operator perangkat lunak terlatih di tempat duduk penumpang untuk memonitor perangkat lunak yang dipakai. Pada dasarnya, perangkat lunak tersebut akan ‘belajar’ dari rute dan kondisi jalan yang dilewati seperti mengetahui tanda lalu lintas dan garis jalan sehingga mobil sebelumnya bisa beradaptasi dengan karakteristik jalan yang akan dilewati.
Teknologi Mobil Terbaru dengan komputer

Teknologi Mobil Terbaru dengan komputer

Google berharap teknologi ini akan bisa mengurangi resiko kecelakaan di jalan hingga setidaknya setengahnya. Dengan kendaraan otomatis ini maka pengguna juga akan bisa berbagi kendaraan dan otomatis mengurangi volume kepadatan lalulintas maupun tingkat konsumsi energi maupun polusinya.

Teknologi ini masih perlu pengembangan. NYT memperkirakan masih dibutuhkan setidaknya delapan tahun agar teknologi ini bisa dipakai masal. Apakah teknologi seperti di film Knight Rider akan bisa terwujud?

Secara teknologi, Google benar-benar menunjukkan keperkasaannya. Beberapa waktu yang lalu telah meluncurkan layanan google music, dan kali ini “Teknologi Terbaru Google Mobil Otomatis Tanpa Sopir” kita tunggu saja gebrakan selanjutnya dari raksasa search engine ini. kassa9.com

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More